Tuesday, February 15, 2011

Kisah Nabi: Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis

Kisah 1


Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San’a – ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan yang nyata.

Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan: “Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar.”

Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: “Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu karena berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawaban ratu Saba atas suratku ini.”

Hud-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah dariku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”

Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: “Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi partimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu.”

Ratu Balqis menjawab: “Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut partimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka niscaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sangat menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan coba melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.”

Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya. Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya yang akan menyilaukan mata utusan Balqis bila mereka tiba.

Tatkala utusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: “Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengaruniaiku dengan karunia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang dari makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak saja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku.”

Utusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya. Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan utusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.

Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: “Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.” Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: “Aku akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu.”

Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: “Ini adalah salah satu karunia Tuhan kepadaku untuk mencoba apakah aku bersyukur atas karunia-Nya itu atau mengingkari-Nya, karena barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan karunia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: “Serupa inikah tahtamu?” Balqis menjawab: “Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri,” seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.

Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, keheranan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.

Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: “Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini.”

“Oh,Tuhanku,” Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, “aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya kawin dengan Balqis dan dari perkawinannya itu lahirlah seorang putera. Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putera hasil perkawinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.

Al-Quran mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali rayap yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh rayap. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai siksaan yang menghinakan.

Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman, namun karena cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allah lah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.

Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44



Kisah 2


Dalam kisah Nabi Sulaiman a.s, diceritakan bahawa baginda mengajak seorang Ratu (pemerintah) dari sebuah negeri untuk mengikuti agamanya, iaitu hanya menyembah Allah s.w.t dan bukan yang lain (maksud al-Quran, surah al-Naml: 10-44).

Negeri itu adalah Saba dan Ratunya bernama Balqis. Kisah tentang negeri Saba dan penduduknya terdapat di dalam al-Quran, iaitu surah Saba ayat 15-21. Surah Saba diturunkan di Mekah, mengandungi 54 ayat. Dinamakan surah Saba (perihal penduduk Saba), kerana kisah mereka ada disebutkan pada ayat-ayat 15 hingga 21. Pada awal surah ini, Allah menegaskan bahawa segala puji bagi-Nya kerana Dialah yang menciptakan dan menguasai seluruh alam, dan Dialah yang maha melimpah nikmat-Nya dan rahmat-Nya kepada sekalian makhluk-Nya di alam kehidupan ini, dan yang maha melimpah nikmat-Nya dan rahmat-Nya kepada orang-orang beriman pada hari akhirat.

Setelah menolak fahaman kaum kafir musyrik yang menentang Nabi Muhammad s.a.w dan yang tidak percayakan kedatangan hari kiamat, dan setelah menerangkan keistimewaan-keistimewaan yang telah diberikan kepada nabi-nabi yang telah lalu, maka Allah s.w.t memberi amaran kepada golongan musyrik itu, sekiranya mereka masih berdegil dengan kekufuran, maka mereka akan dibinasakan sebagaimana penduduk negeri Saba yang telah dibinasakan kerana mereka kufur ingkar.

Kemudian Allah s.w.t menujukan firman-Nya kepada Nabi Muhammad s.a.w dan menerangkan bahawa baginda adalah diutus kepada umat manusia seluruhnya sebagai Rasul pembawa berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan pemberi amaran kepada orang-orang yang ingkar.

Sebagai penutup, digambarkan keadaan orang-orang yang bersalah pada hari kiamat. Mereka kelihatan cemas takut dan gerun gementar apabila menyaksikan azab seksa yang disediakan untuk mereka. Semasa mereka diseret untuk menerima balasan, mereka berkata: “Sekarang kami beriman…” tetapi pengakuan mereka yang demikian tidak ada gunanya kerana tempat beriman ialah di dunia, sedang mereka telah terpisah dari dunia dan tidak mungkin kembali lagi.

Dalam surah tersebut dijelaskan bahawa negeri Saba dikurniai Allah s.w.t dengan kemewahan, dengan tanah yang subur sehingga penduduknya hidup dengan aman makmur. Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: “… (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.” (Surah Saba: 15).

Namun, kerana ingkar kepada Allah s.w.t, penduduk Saba ditimpa azab berupa banjir besar yang menghancurkan negeri mereka. Kisah pengingkaran kaum Saba dan turunnya azab Allah s.w.t ini terjadi setelah Ratu Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s.

Sebuah hadis sahih daripada Ibnu Abbas menjelaskan bahawa Rasulullah s.a.w pernah ditanya seseorang, yang bermaksuid: “Apakah Saba itu nama negeri atau nama seseorang?” Nabi menjawab, “Dia adalah manusia beranak sepuluh. Enam tinggal di Yaman dan empat di Syam. Yang di Yaman ialah Mudzhij, Kindah, Alazad, Asa’ariyum, Anmar dan Himyar. Yang di Syam adalah Lakham, Judzam, Amilah dan Ghassan.”

Nenek moyang mereka dikatakan berasal daripada kabilah-kabilah Arab Yaman. Asal kediaman mereka bernama Saba, kemudian menjadi nama negeri atau kerajaan dengan ibu kota Maarib.

Kerajaan Saba pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang bernama Balqis. Kepimpinan Balqis menunjukkan bahawa seorang wanita boleh terlibat dan berperanan dalam mengelola pemerintahan. Balqis termasuk seorang Ratu yang bijaksana, suka berunding dan berdamai. Negeri Saba yang dipimpinnya disebut di dalam al-Quran sebagai negeri yang baik dengan Tuhan Yang Maha Pengampun (Surah Saba: 15), kerana Allah s.w.t telah mengurniai tanah Saba dengan lading-ladang yang amat subur.

Allah s.w.t melimpahkan rezeki-Nya kepada penduduk Saba dengan memberi mereka dua kumpulan kebun yang luas lagi amat subur. Namun kerana mereka tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan, Allah s.w.t menggantikan pohon-pohon di kebun itu dengan pohon yang berbuah pahit, iaitu pohon Asl dan Sidr. Asl adalah pohon yang berakar kuat sehingga sukar dicabut. Adapun pohon Sidr adalah pohon yang tidak mengenyangkan untuk dimakan.

Kisah negeri Saba dengan penduduknya merupakan petunjuk, pengajaran dan tanda akan nyatanya kekuasaan Allah s.w.t, sebagaimana firman-Nya: “… Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka…” (Surah Saba: 15).

Nikmat yang diberikan oleh Allah s.w.t tidak mereka syukuri, bahkan mereka menganiaya diri mereka sendiri dengan mengingkari seruan Allah s.w.t sehingga mereka diazab Allah s.w.t. Azab berupa banjir dan pohon berbuah pahit menjadi pengajaran berharga bagi kaum Saba.Nabi



Kisah 3


Prinsip ketaatan, syura dan sikap raja-raja

Ali Bukhari Amir



Ketika Ratu Balqis menerima sepucuk surat daripada Raja Sulaiman a.s, ratu itu telah bermesyuarat terlebih dahulu dengan mengumpulkan pendapat berhubung pendirian yang harus ditegakkan untuk mendepani seruan Tauhid oleh raja Bani Israel tersebut.

Ratu Balqis menyedari akan perihal kekuatan bala tentera Raja Sulaiman. Ratu telah mendengar kekuasaan dan kekuatan Raja Sulaiman itu bukan calang-calang. Bani Israel itu pernah ditakluk Jalut. Kemudian dibangkitkan Talut untuk mendepani Jalut.

Setelah itu, Jalut terbunuh oleh salah seorang tentera bernama Daud. Dan dengan kerana itulah Daud akhirnya diangkat sebagai raja yang bijaksana. Kini, anaknya Sulaiman telah mengambil takhta dan kedudukannya sebagai raja Bani Israel yang baru.

Ratu Balqis pernah mendengar kehebatan Daud. Baginda boleh melembutkan besi keras dengan tangannya. Tetapi, Daud juga gemar bersuluk sendirian menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan dengan kitab Zabur (Mazmur).

Suaranya yang gemersik itu menyebabkan haiwan dan burung-burung yang berterbangan menjadi jinak, terpaku lalu ikut sama bertasbih mengelilingi Daud tatkala gurindam lagu pujian kemesraan kepada Tuhan itu didendangkan.

Pada zaman anak Daud, iaitu Sulaiman, burung-burung itulah yang menjadi bala tentera anak-anaknya. Sulaiman memahami jalan bahasa haiwan.

Dan, tadi Ratu Balqis telah menerima sepucuk surat daripada burung Hud Hud yang kini diangkat sebagai 'wartawan ' baru bagi mewakili Raja Sulaiman itu.


Ratu mula bermesyuarat

Lalu bermesyuaratlah baginda sang ratu bersama-sama para pembesarnya guna mencari keputusan dan mencapai kata sepakat berhubung isi kandungan surat Raja Sulaiman itu.

"Aku penyembah matahari walhal Sulaiman menyembah Tuhan yang tidak kelihatan, tak dapat dicapai pancaindera," si ratu berbisik sendirian sambil menunggu kehadiran para pembesar. "Agama kedua-dua kerajaan ini berbeza."

Balqis melihat surat Sulaiman itu berulangkali. Pada awal-awal surat itu tertulis nama Allah, Tuhan Raja Sulaiman yang bersifat pemurah, penyayang dan mengasihani.

"Apakah Sulaiman itu juga bersifat penyayang seperti Tuhannya?" hatinya berbunga dan dia tersenyum sendirian.

Para pembesar sudah bersedia mendengarkan titahnya. Tetapi, baginda ratu bukanlah watak yang suka menitahkan hal-hal yang tidak masuk akal dan baginda tidak akan melangkah lebih jauh membuat keputusan tanpa mengambilkira pendapat para pembesarnya.

"Sesungguhnya surat itu dari Nabi Sulaiman, dan kandungannya (seperti berikut): 'Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani,

"Bahawa janganlah kamu meninggi diri terhadapku, dan datanglah kamu kepadaku dengan menyerah diri (beriman dan mematuhi ajaran ugama Allah).

Raja perempuan itu berkata lagi: "Wahai ketua-ketua kaum, berilah penjelasan kepadaku tentang perkara yang aku hadapi ini; aku tidak pernah memutuskan sesuatu perkara sebelum kamu hadir memberi pendapat dan mempersetujuinya."

Mereka menjawab: Kita adalah orang-orang yang kuat gagah dan amat berani merempuh peperangan; dan perkara itu (walau bagaimanapun) terserahlah kepadamu; oleh itu fikirkanlah apa yang engkau hendak perintahkan.

Raja perempuan itu berkata: "Sesungguhnya raja-raja, apabila masuk ke sebuah negeri, mereka merosakkannya, dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia hina-dina; dan sedemikian itulah mereka akan lakukan.

"Dan bahawa aku hendak menghantarkan hadiah kepada mereka, kemudian aku akan menunggu apakah balasan yang akan dibawa balik oleh utusan-utusan kita." [Surah an-Naml: ayat 30 - 35]

Sikap sang Ratu patut diteladani

Baginda sang ratu mengutamakan pandangan pembesar, pemimpin kaum dan rakyat jelata sebelum menitahkan sesuatu. Daulat sang ratu terletak di atas restu, suara, pendapat, pandangan rakyat yang mewakili jiwa, ruh serta pemikiran bangsa.

Baginda tidaklah sesuka hati membuat keputusan tanpa merujuk orang-orang di sekelilingnya terlebih dahulu. Sikap dan pendirian ini sangat Islami dan cenderung ke arah pendirian Tauhid walaupun baginda sang ratu bukannya memeluk agama Tauhid. Allah s.w.t merakam pendirian Balqis ini sebagai contoh teladan kepada raja-raja dan pemerintah.

Kedua, dalam fikiran ratu sudah tersemat andaian dan sepekulasi bahawa raja-raja zalim akan selalu merosakkan negeri lalu menyebabkan orang yang paling mulia menjadi hina-dina.

Dengan penuh hati-hati, walaupun diasak oleh para pembesar untuk berperang, maka Balqis tetap menolak saranan supaya kerajaannya berperang dengan kerajaan Sulaiman. Baginda bimbang nasib rakyat jelata yang lebih banyak terkorban.

Lalu baginda ratu memilih jalan perdamaian dengan mengirimkan hadiah sebagai cara melihat tindak-tanduk Raja Sulaiman apabila melihatkan hadiah-hadiahnya yang serba mewah dan barang perhiasan yang berkilauan bak mutiara itu.

Maka apabila (utusan pembawa hadiah itu) datang mengadap Nabi Sulaiman, berkatalah Nabi Sulaiman (kepadanya): "Tidaklah patut kamu memberikan kepadaku pemberian harta-benda, kerana apa yang telah diberikan Allah kepadaku lebih baik dari apa yang telah diberikanNya kepada kamu; (bukan aku yang memandang kepada pemberian hadiah) bahkan kamulah yang bergembira dengan hanya kekayaan yang dihadiahkan kepada kamu (atau yang kamu hadiahkan dengan perasaan megah).

"Kembalilah kepada mereka, (jika mereka tidak juga mahu beriman) maka demi sesungguhnya Kami akan mendatangi mereka dengan angkatan tentera yang mereka tidak terdaya menentangnya, dan kami akan mengeluarkan mereka dari negeri Saba' dengan keadaan hina, menjadi orang-orang tawanan."


Giliran Raja Sulaiman bermesyuarat

Nabi Sulaiman berkata pula (kepada golongan bijak pandainya): "Wahai pegawai-pegawaiku, siapakah di antara kamu yang dapat membawa kepadaku singgahsananya sebelum mereka datang mengadapku dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?"

Berkatalah Ifrit dari golongan jin: "Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah."

Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: "Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata!" Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah ia: "Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. Dan sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah."

Nabi Sulaiman berkata pula (kepada orang-orangnya): "Ubahkanlah keadaan singgahsananya itu, agar kita melihat adakah ia dapat mencapai pengetahuan yang sebenar (untuk mengenal singgahsananya itu) atau ia termasuk dalam golongan yang tidak dapat mencapai pengetahuan yang demikian."

Maka ketika ia datang mengadap, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: Serupa inikah singahsanamu?" Ia menjawab: "Boleh jadi inilah dia; dan kami telah diberikan ilmu pengetahuan sebelum berlakunya (mukjizat) ini, dan kami pula adalah tetap berserah diri (menjunjung perintah Allah)."

Dan ia dihalangi (daripada memeluk Islam pada masa yang lalu): apa yang ia pernah menyembahnya (dari benda-benda) yang lain dari Allah; sesungguhnya adalah ia (pada masa itu) dari puak yang kafir.

(Setelah itu) dikatakan kepadanya: "Dipersilakan masuk ke dalam istana ini." Maka ketika ia melihatnya, disangkanya halaman istana itu sebuah kolam air, serta dia pun menyingsingkan pakaian dari dua betisnya. Nabi Sulaiman berkata: "Sebenarnya ini adalah sebuah istana yang diperbuat licin berkilat dari kaca". (Mendengar yang demikian), Balqis berdoa: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diri sendiri dan (sekarang aku menegaskan) aku berserah diri memeluk Islam bersama-sama Nabi Sulaiman, kepada Allah Tuhan sekalian alam." [An-Naml: 36 - 44]


Rendah diri Sulaiman a.s
Apabila ada kalangan rakyatnya yang berjaya pindahkan singgahsana Ratu Balqis itu, Raja Sulaiman memuji dan bersyukur kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya kerana diberikan rakyat yang gagah perkasa dan taat pula pada perintahnya.

Raja Sulaiman berikhtiar keras menimbulkan rasa kagum dalam hati pihak yang didakwahnya agar baginda ratu itu berasa tertarik kepada agama Tauhid.

Antaranya ialah dengan cara mengambil singgahsana Ratu Balqis itu. Singgahsana lambang kepada kekuasaan seseorang raja. Apabila singgahsana raja boleh dialihkan, bererti pihak yang mengalihkan singgahsana itu tentunya memiliki kekuasaan yang lebih, mengatasi kerajaan yang lain.

Paling penting, baik Raja Sulaiman dan Ratu Balqis, kedua-duanya melakukan musyawarah terbuka bersama para pembesar serta rakyat untuk mencari buah fikiran yang berguna dalam menangani masalah kenegaraan dan urusan dakwah.


Taat terangkat selepas musyawarah

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi sentiasa Melihat.

Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya. [Surah an-Nisa': ayat 58 - 59]

Dalam konteks pemerintahan Islam, ketaatan kepada pemerintah, raja-raja itu didahului oleh musyawarah bersama rakyat. Maka, dalam konteks Alam Melayu yang mana Melayu itu beragama Islam, maka perihal ketaatan kepada raja-raja itu mesti dirujuk kepada musyawarah terlebih dahulu.

Raja-raja, pembesar dan pemerintah perlu bermesyuarat mengambil pandangan, membuka ruang terbuka untuk mengambil undi rakyat jika mahu menaikkan pemimpin atau menjatuhkan mereka.

Demikianlah juga.. jika ada pemerintah yang lompat partinya, maka hendaklah rakyat yang terlebih dahulu diminta kata putus persetujuannya. Pendek kata, apa-apa pun projek kenegaraan, menaikkan dan menjatuhkan pemerintahan dan lompat parti, perlulah mendapatkan pandangan umum rakyat terlebih dahulu sebelum berbicara lanjut mengenai ketaatan.

Ini kerana, menurut surah an-Nisa', hal prinsip ketaatan (ayat 59) DIDAHULUI nas yang terkait dengan prinsip penyerahan urusan amanah pemerintahan kepada semua rakyat (ayat 58). Wallahu'alam..




Kisah 4


Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga boleh memahami bahasa binatang. Dia boleh bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini.
Firman Allah,

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, “hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.”

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari.”

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya,
“Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”
(An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”

“Sebesar biji gandum,” jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.

“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.

“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”

Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.




Kisah 5


Ratu Balqis adalah seorang wanita yang sangat cantik dan mempunyai akal yang cerdas, oleh sebab itulah golongan jin merasa iri hati dengannya. Mereka mengatakan bahawa Ratu Balqis itu mempunyai dua aib, pertama tubuhnya pendek dan kedua betisnya seperti betis unta.

Maka Nabi Sulaiman memerintahkan supaya para Jin mengubah sedikit singgahsana Ratu Balqis, lalu beliau menyuruh pula membangun sebuah mahligai yang dibuat dari kaca. Bahagian bawah mahligai tersebut dan kelilingnya mengalir sungai-sungai dengan berisikan ikan-ikan, di atas air itu dibuat sebuah jambatan daripada kaca.

Ketika Ratu Balqis dan rombongan tiba, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: “Apakah ini singgahsanamu? Ratu Balqis menjawab: Mungkin! Ia tidak mengatakan ya, kerana dilihatnya ada sedikit perubahan. Tetapi tidak mengatakan bukan, disebabkan ada sebahagian yang serupa dengan singgah-sananya. Dari jawapan Ratu Balqis itu, tahulah Nabi Sulaiman as bahawa ia adalah seorang wanita yang berakal sempurna serta bijaksana.

Kemudian Nabi Sulaiman as menyuruh tamunya itu masuk ke dalam istana. Ketika Ratu Balqis melihat ke dalam istana, ia melihat seakan-akan ada aliran air, sehingga ia mengangkat kainnya, sehingga betisnya tersingkap. Nabi Sulaiman as melihat betisnya itu, maka tidak ada satu aibpun seperti yang disampaikan oleh golongan jin.

Nabi Sulaiman berkata kepada Ratu Balqis: “Ini adalah sebuah mahligai yang licin, ia dibentuk daripada kaca.” ketika Ratu Balqis menyaksikan betapa hebatnya Nabi Sulaiman, ia berkata dalam hatinya: “Walaupun kerajaanku luas, singgahsanaku indah dan megah, bala tenteraku ramai, namun jika dibandingkan dengan semua yang aku saksikan ini, seakan-akan milikku tidak bererti.

Kemudian ia berkata seperti yang diungkapkan di dalam Quran, firman Allah SWT surah An Naml ayat 44 bermaksud: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam”. Setelah itu Ratu Balqis pun berkahwin dengan Nabi Sulaiman as. Peristiwa pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis ini terjadi pada hari Jumaat.

Begitu besarnya kerajaan Nabi Sulaiman as. yang mana angin sebagai kenderaannya, manusia dan jin sebagai tenteranya, burung sebagai pembantu dan teman-teman bercakapnya, binatang-binatang buas sebagai buruhnya dan para malaikat sebagai utusannya.

Nabi Sulaiman as mempunyai satu padang, sebahagian tanahnya terbuat daripada emas dan sebahagian lagi daripada perak. Jika tenteranya berbaris di padang itu, maka panjang barisan itu tidak kurang dari seratus parsakh. Sedangkan luas tempat tinggalnya adalah sebulan perjalanan.

Kemudian golongan jin membuat untuknya sebuah permaidani daripada emas dan perak. Pada permaidani tersebut terdapat dua belas ribu mihrab, pada setiap mihrab terdapat kursi daripada emas dan perak, kemudian duduk di atas tiap-tiap kursi tersebut seorang yang alim dari ulamak Bani Israil.

Pada setiap hari dimasak kira-kira seribu unta, empat ribu lembu dan empat puluh ribu kambing. Nabi Sulaiman juga mempunyai piring-piring yang besar bagaikan kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.

Firman Allah SWT:
“Para jin membuat untuk Nabi Sulaiman apa yang dikehendaknya dari bangunan yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.” (Saba’: 13)
.Begitu besarnya nikmat dan kelebihan Nabi Sulaiman as. Namun begitu kelebihan dan kenikmatan umat Nabi Muhammad SAW yang beriman, di dalam Syurga nanti disediakan tempat-tempat tinggal dan darjat, kebun-kebun, sungai-sungai dan buah-buahan. Di dalamnya diperolehi segala sesuatu yang menyenangkan jiwa dan mata. Di dalamnya juga terdapat sesuatu yang tidak pernah terlintas oleh fikiran manusia.

Dikisahkan bahawa serendah-rendah darjat tempat umat Nabi Muhammad SAW di dalam Syurga itu ialah seratus kali luas kerajaan Sulaiman as. Malah lebih baik, kerana Syurga adalah tempat yang abadi. Di dalamnya tidak ada matahari, kesejukan, kesakitan, kesusahan serta lain-lain penderitaan. Di Syurga adalah tempat yang abadi, kesenangan tanpa batas, pemberian tanpa dihitung, penerimaan tanpa ditolak.

Ada Syurga yang dinamakan dengan Darussalam, di dalamnya mempunyai keselamatan tanpa adanya kebinasaan, kenikmatan tanpa malapetaka, kecintaan tanpa permusuhan, kemuliaan tanpa kehinaan serta bermacam-macam lagi kenikmatan yang sukar untuk diungkapkan.

Kemudian Syurga Jannatunna’im. Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa disediakan di sisi Tuhan mereka Syurga kenikmatan. Di dalamnya para hamba-hamba-Nya bertempat tinggal, para nabi menjadi sahabatnya, tinggal kekal dalamnya dengan kurnia yang berlimpah ruah. Tidak ada kesusahan di dalamnya, terdapat bidadari cantik dan jelita, mahligainya tinggi dan tempat yang luas.

Syurga Firdaus, disediakan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, menjauhkan diri daripada perbuatan maksiat, tidak membuat kemungkaran serta menjalankan segala yang diperintahkan Allah SWT. Allah SWT menjadikan penghuni Syurga ini sebagai kekasihNya.

Di dalam Syurga Firdaus terdapat empat sungai, iaitu sungai dari air tawar, sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari air arak yang lazat rasanya dan sungai air madu. Di dalamnya juga diperolehi berbagai macam buah-buahan. Ada lagi empat mata air iaitu: Salsabil, Zanjabil, Rohiiq dan Tasniim. Ada lagi dua mata air yang mengalir dan dua mata air yang memancar, iaitu Al-kaafuur dan Al-kautsar. Di dalamnya juga diperolehi segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati.

Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.”
(Al-Qamar: 54-55)



No comments:

Post a Comment